Berapakah harga dari sebuah kasih?
Berapa uang yang harus dikeluarkan untuk
membeli kasih?
Kasih itu “tidak berharga artinya ia tidak dapat dibeli”.
Tidak perlu serupiah uang pun untuk membeli
kasih.
Bahkan kasih itu dibagikan secara “GRATIS”.
ya, kasih itu diberikan secara cuma – cuma.
Akan tetapi karena gratis,
banyak orang yang menyia – nyiakan kasih.
Kasih menjadi tidak mempunyai arti.
Apa yang mudah didapat, mudah dibuang.
Apa yang sukar diperoleh dan mahal, sangat
disayang.
Kasih disia – siakan.
Tetapi siapa dapat hidup tanpa kasih??
MAHASISWA DAN KARYAWAN KERAJAAN ALLAH FULL-TIME. ONLINE MISIONARIS PART-TIME
Labels
- APA ITU ROH KUDUS? (2)
- berkat rohani (9)
- Doa Mengubah Segala Sesuatu (2)
- Group Putrianggun Lavender (1)
- kata motivasi (14)
- kata-kata motivasi (12)
- kisah nyata (2)
- Lagu Rohani (2)
- Post By Besya Mardhika Goenatio (2)
- Post By Bethany Caruban (2)
- post by Christian Belman Manurung (1)
- post by Johannes Tan (9)
- Post By Jonny Arifyanto (1)
- post by Jonny Liauw (6)
- Post By Mimin Liani (3)
- post by Priska Sweet (1)
- Post By Ragiel A Wicaksono (2)
- Post By Ranie Natalia (1)
- Renungan (18)
- renungan harian (20)
- renungan harian by CH (21)
- renungan harian satu (13)
- renungan singkat (4)
- Renungan. Gereja Bethany International Hongkong (7)
- Santapan Rohani (7)
- santapan rohani GBI BIC HK (10)
- SEBUAH KISAH (8)
“Apa yang mudah didapat, mudah dilepas, dan
ReplyDeleteapa yang sulit diperoleh akan lebih dijaga…”
Kalimat di atas, bener gak?? Kita sering kali
ReplyDeletebersikap dan berprilaku demikian. Sesuatu yang
kita peroleh dengan mudah, biasanya akan kita sia
– siakan. Di buang juga tidak apa – apa, toh gratis
ini. Tetapi klo sesuatu itu didapat dengan kerja
keras, sulit, penuh jerih payah, maka kita akan
lebih menjaga dan merawatnya, betul ??
Contohnya, sering kali kita melihat orang makan
ReplyDeletenasi tidak habis, lalu dibuang. Toh,nasi berlimpah,
klo beli nasi sepring cuma Rp2000 – Rp 3000… Itu
pun bisa dibilang gratis, artinya dari orang tua.
Coba kita lihat bagaimana di daerah yang
kelaparan. Nasi mau sampe basi pun akan tetap
dimakan. Karena nasi sulit sekali diperoleh. Petani
yang menanam nasi tahu betapa susahnya
mengolah bibit menjadi padi gabah, lalu menjadi
beras, maka mereka menghargai setiap butirnya.
Sementara kita yang tinggal menikmatinya sering
kali gak bisa menghargai, gak abi tinggal buang,
besok masak lagi, beras banyak…
Contoh lain, misal anak yang di sekolahkan orang
tuanya, tetapi tidak mau belajar dengan giat. Dia
malas2an. Padahal sekolah itu untuk masa
depannya sendiri. Coba bandingkan bagaiaman
dengan mereka yang sekolah dengan biaya
sendiri, hasil kerja sendiri. Mereka akan berusaha
belajar lebih giat dan berusaha berhasil, agar jerih
payah dan biaya yang mreka keluarkan tidak sia –
sia.
Teman – teman, itu hanya contoh kecil yang ada
dalam kehidupan kita. Kalimat bijak di atas bukan
sembarangan, toh itu adalah realita dalam
kehidupan kita. Sadar atau tidak sadar, kita sudah
banyak menyia – nyiakan hal yang sebenarnya
berharga dalam hidup ini.Coba renungkan, entah
itu adalah barang, atau kesempatan, atau orang –
orang yang kita kasihi seperti saudara, teman,
keluarga, atau banyak sekali “hal baik” yang sudah
kita buang seakan tak berarti. Ada saatnya ketika
“hal” itu hilang, dan tidak dapat kita peroleh
dengan mudah, kita baru menyadari pentingnya
“sesuatu” itu. Kita anggap sepele, kurang bernilai,
kurang berharga, tetapi saat ia hilang, maka kita
baru menyadari arti dan nilainya.
Mungkin saat kita sulit mendapatkan beras, kita
baru akan lebih menghargai setiap butir nasi putih
yang terhidang di meja makan kita. Mungkin saat
orang tua tidak lagi mampu membiaya sekolah,
anak itu baru akan menyadari bahwa sekolah itu
penting, dan ia baru akan berusaha belajar lebih
giat. Tapi penyesalan itu selalu datang terlambat.
Saat sudah hilang, ingin diperoleh lagi tentunya
tidaklah mudah. Butuh kerja keras, itu pun “klo”
berhasil.
Saat ini, aku mau mengajak teman – teman, mari
ReplyDeletekita lebih menghargai segala hal kecil yang ada
dalam hidup ini. Mungkin itu harta benda, segala
yang kemaren tampak biasa, mari kita belajar
menghargai bahwa setiap itu adalah hasil jerih
payah orang tua. Atau setiap makanan, bukan
didapat secara mudah dan gratis. Bukan hanya
sekedar uang untuk membeli makanan, tetapi
kerja keras untuk dapat menghasilkan makan
tersebut. Mungkin setiap orang yang menyayangi
kita, hargai dan kasihi mereka lebih, karena bisa
saja ada saatnya kita kehilangan kasih mereka.
Belajarlah menghargai lebih,“treasure more,”
maka kita kan bisa belajar mensyukuri hidup ini.
JBU