Friday, April 6, 2012

Kasih yang kita trima dengan cuma-cuma

Berapakah harga dari sebuah kasih?

Berapa uang yang harus dikeluarkan untuk
membeli kasih?

Kasih itu “tidak berharga artinya ia tidak dapat dibeli”.

Tidak perlu serupiah uang pun untuk membeli
kasih.

Bahkan kasih itu dibagikan secara “GRATIS”.
ya, kasih itu diberikan secara cuma – cuma.

Akan tetapi karena gratis,
banyak orang yang menyia – nyiakan kasih.

Kasih menjadi tidak mempunyai arti.

Apa yang mudah didapat, mudah dibuang.

Apa yang sukar diperoleh dan mahal, sangat
disayang.
Kasih disia – siakan.

Tetapi siapa dapat hidup tanpa kasih??

4 comments:

  1. “Apa yang mudah didapat, mudah dilepas, dan
    apa yang sulit diperoleh akan lebih dijaga…”

    ReplyDelete
  2. Kalimat di atas, bener gak?? Kita sering kali
    bersikap dan berprilaku demikian. Sesuatu yang
    kita peroleh dengan mudah, biasanya akan kita sia
    – siakan. Di buang juga tidak apa – apa, toh gratis
    ini. Tetapi klo sesuatu itu didapat dengan kerja
    keras, sulit, penuh jerih payah, maka kita akan
    lebih menjaga dan merawatnya, betul ??

    ReplyDelete
  3. Contohnya, sering kali kita melihat orang makan
    nasi tidak habis, lalu dibuang. Toh,nasi berlimpah,
    klo beli nasi sepring cuma Rp2000 – Rp 3000… Itu
    pun bisa dibilang gratis, artinya dari orang tua.
    Coba kita lihat bagaimana di daerah yang
    kelaparan. Nasi mau sampe basi pun akan tetap
    dimakan. Karena nasi sulit sekali diperoleh. Petani
    yang menanam nasi tahu betapa susahnya
    mengolah bibit menjadi padi gabah, lalu menjadi
    beras, maka mereka menghargai setiap butirnya.
    Sementara kita yang tinggal menikmatinya sering
    kali gak bisa menghargai, gak abi tinggal buang,
    besok masak lagi, beras banyak…
    Contoh lain, misal anak yang di sekolahkan orang
    tuanya, tetapi tidak mau belajar dengan giat. Dia
    malas2an. Padahal sekolah itu untuk masa
    depannya sendiri. Coba bandingkan bagaiaman
    dengan mereka yang sekolah dengan biaya
    sendiri, hasil kerja sendiri. Mereka akan berusaha
    belajar lebih giat dan berusaha berhasil, agar jerih
    payah dan biaya yang mreka keluarkan tidak sia –
    sia.
    Teman – teman, itu hanya contoh kecil yang ada
    dalam kehidupan kita. Kalimat bijak di atas bukan
    sembarangan, toh itu adalah realita dalam
    kehidupan kita. Sadar atau tidak sadar, kita sudah
    banyak menyia – nyiakan hal yang sebenarnya
    berharga dalam hidup ini.Coba renungkan, entah
    itu adalah barang, atau kesempatan, atau orang –
    orang yang kita kasihi seperti saudara, teman,
    keluarga, atau banyak sekali “hal baik” yang sudah
    kita buang seakan tak berarti. Ada saatnya ketika
    “hal” itu hilang, dan tidak dapat kita peroleh
    dengan mudah, kita baru menyadari pentingnya
    “sesuatu” itu. Kita anggap sepele, kurang bernilai,
    kurang berharga, tetapi saat ia hilang, maka kita
    baru menyadari arti dan nilainya.
    Mungkin saat kita sulit mendapatkan beras, kita
    baru akan lebih menghargai setiap butir nasi putih
    yang terhidang di meja makan kita. Mungkin saat
    orang tua tidak lagi mampu membiaya sekolah,
    anak itu baru akan menyadari bahwa sekolah itu
    penting, dan ia baru akan berusaha belajar lebih
    giat. Tapi penyesalan itu selalu datang terlambat.
    Saat sudah hilang, ingin diperoleh lagi tentunya
    tidaklah mudah. Butuh kerja keras, itu pun “klo”
    berhasil.

    ReplyDelete
  4. Saat ini, aku mau mengajak teman – teman, mari
    kita lebih menghargai segala hal kecil yang ada
    dalam hidup ini. Mungkin itu harta benda, segala
    yang kemaren tampak biasa, mari kita belajar
    menghargai bahwa setiap itu adalah hasil jerih
    payah orang tua. Atau setiap makanan, bukan
    didapat secara mudah dan gratis. Bukan hanya
    sekedar uang untuk membeli makanan, tetapi
    kerja keras untuk dapat menghasilkan makan
    tersebut. Mungkin setiap orang yang menyayangi
    kita, hargai dan kasihi mereka lebih, karena bisa
    saja ada saatnya kita kehilangan kasih mereka.
    Belajarlah menghargai lebih,“treasure more,”
    maka kita kan bisa belajar mensyukuri hidup ini.
    JBU

    ReplyDelete