Friday, September 10, 2010

Jangan Biarkan KEBAIKAN Terhenti Padamu

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang
wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan
di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria
itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang
membutuhkan pertolongan. Maka pria itu
menghentikan mobil truk tuanya di depan
mobil wanita itu dan keluar menghampirinya.
Mobilnya masih menyala ketika pria itu
mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih
ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti
menolongnya selama beberapa jam ini.
Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu
kelihatan tidak baik.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu
ketakutan, sementara berdiri di sana
kedinginan. Ia mengetahui bagaimana
perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat
sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong
anda, Nyonya. Masuklah ke dalam mobil
supaya anda merasa hangat! Ngomong-
ngomong, nama saya Bryan Anderson."
Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban
kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia,
kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke
bawah bagian sedan, mencari tempat untuk
memasang dongkrak. Selama mendongkrak
itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah.
Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun
akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda
ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya
dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia
mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal
dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan
ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan
pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup
bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya
menanyakan berapa yang harus ia bayar
sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun
jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita
kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal
mengerikan yang mungkin terjadi seandainya
pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat
bayaran. Ia menolong orang lain tanpa
pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam
kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa
banyak orang telah menolong dirinya pada
waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan
seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal
sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya
bahwa seandainya ia ingin membalas
kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu
melihat seseorang yang memerlukan bantuan,
ia dapat memberikan bantuan yang
dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan
menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."
Bryan menunggu sampai wanita itu
menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu
dingin dan membuat orang depresi, namun
pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke
rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang
nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari
mobilnya untuk sekadar mencari makanan
kecil, dan menghangatkan badan sebelum
pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak
kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin
yang sudah tua. Pemandangan di sekitar
tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan
membawakan handuk bersih untuk mengelap
rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu
tersenyum manis meskipun ia tak dapat
menyembunyikan kelelahannya berdiri
sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa
pelayan wanita itu sedang hamil hampir
delapan bulan, namun pelayan itu tak
membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi
sikap pelayanannya kepada para pelanggan
restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana
pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat
memberikan suatu pelayanan yang baik
kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita
lanjut itu ingat kepada Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya,
ia membayar dengan uang kertas $100.
Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk
memberi uang kembalian kepada wanita itu.
Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali
wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung
kemana perginya wanita itu. Kemudian ia
melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu
membaca apa yang ditulis wanita itu: "Engkau
tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya
juga pernah ditolong orang. Seseorang yang
telah menolong saya, berbuat hal yang sama
seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin
membalas kebaikan saya, inilah yang harus
engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini
berhenti padamu.'"
Di bawah lap itu terdapat lima lembar uang
kertas $100 lagi. Masih ada meja-meja yang
harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi,
dan orang-orang yang harus dilayani, namun
pelayan itu memutuskan untuk melakukannya
esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke
rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke
ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan
apa yang telah ditulis oleh wanita itu.
Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang
berapa jumlah uang yang ia dan suaminya
butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan
depan, sangat sulit mendapatkan uang yang
cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang
keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah
tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu
memberikan ciuman lembut dan berbisik
lembut dan pelan, "Sekarang segalanya akan
beres, kita sudah punya uang untuk biaya
kelahiran, Aku mengasihimu". Itulah kata-kata
yang keluar dari mulut pelayan wanita itu yang
juga adalah isteri Bryan Anderson. Amin..!!
"Berilah dan kamu akan diberi : suatu takaran
yang baik, yg dipadatkan, yang digoncang dan
yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke
dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu
pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu." (Lukas 6:38).

1 comment: