Tuesday, June 29, 2010

Tidak Menangis Saat Kalah

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang
mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan.
Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini
adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang
sekarang dan mereka memamerkan setiap
mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan
sendiri, sebab memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak
istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak
yang masuk final. Dibanding semua lawannya,
mobil Mark-lah yang paling tak sempurna.
Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil
itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.
Dengan kayu yang sederhana dan sedikit
lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding
dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil
mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan
itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya
sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan
mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap
di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah
siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya.
Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah di antaranya. Namun, sesaat
kemudian, Mark meminta waktu sebentar
sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-
kamit seperti sedang berdoa.
Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup
memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah
dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka
mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua
mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap
orang bersorak-sorai, bersemangat,
menjagokan mobilnya masing-masing.
"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu
teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus
ditentukan, tali lintasan finish pun telah
terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya,
semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati.
"Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan
dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya.
"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada
Tuhan agar kamu menang, bukan?"
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan,
"Sepertinya, tak adil untuk meminta pada
Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang
lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan,
supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah
beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-
tangan yang memenuhi ruangan.
Saudaraku,....
Anak-anak tampaknya lebih punya
kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark,
tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang
dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan
untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil
yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak
meminta Tuhan mengabulkan semua
harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan
menyakiti yang lainnya.
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar
diberikan kekuatan saat menghadapi itu
semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan,
dan mau menyadari kekurangan dengan rasa
bangga
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan
untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan
setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita
meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor
satu, menjadi yang terbaik, menjadi
pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering
kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau
setiap halangan dan cobaan yang ada di depan
mata.
Padahal, bukankah yang kita butuh adalah
bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-
Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya
bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita
sering merasa cengeng dengan kehidupan ini.
Tak adakah semangat perjuangan yang mau
kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita
ujian yang berat, bukan untuk membuat kita
lemah, cengeng dan mudah menyerah, tapi
akan membuat kita makin kuat didalam DIA.
Jadi, saudaraku, berdoalah agar kita selalu
tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita
selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi
itu ujian tersebut.
Mazmur 37 : 5
Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan
percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak.
Tuhan Memberkati kita semua. amin

No comments:

Post a Comment